Khamis, 29 Januari 2009

Together we pray

Gaza, Palestin.


Marilah kita berdoa untuk keamanan Israel dan Palestin yang sedang berperang. Semoga Tuhan akan campur tangan demi kedamaian kedua-dua negara ini. Tuhan terimalah roh-roh yang tidak bersalah di pangkuan-Mu di Syurga.

Jumaat, 2 Januari 2009


"Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau." (Yesaya 43:1,4)

PESTA BONDA MARIA ( 1 JANUARI )

Santa Perawan Maria Bunda Allah
oleh: Paus Yohanes Paulus II
Audiensi Umum, 27 November 1996
1. Renungan akan misteri kelahiran sang Juruselamat telah menghantar umat Kristiani bukan hanya untuk mengenali Santa Perawan sebagai Bunda Yesus, melainkan juga untuk mengenalinya sebagai Bunda Allah. Kebenaran ini telah ditegaskan serta diterima sebagai harta warisan iman Gereja sejak dari abad-abad awal kekristenan, hingga akhirnya secara resmi dimaklumkan dalam Konsili Efesus pada tahun 431.

Dalam komunitas Kristiani yang pertama, sementara para murid semakin menyadari bahwa Yesus adalah Putra Allah, menjadi semakin nyatalah bahwa Bunda Maria adalah Theotokos, Bunda Allah. Inilah gelar yang tidak muncul secara eksplisit dalam ayat-ayat Injil, tetapi dalam ayat-ayat tersebut “Bunda Yesus” disebutkan dan ditegaskan bahwa Yesus adalah Allah (Yoh 20:28; bdk. 5:18; 10:30, 33). Bunda Maria dihadirkan sebagai Bunda Imanuel, yang artinya “Tuhan beserta kita” (bdk. Mat 1:22-23).

Telah sejak dari abad ketiga, seperti dapat disimpulkan dari suatu kesaksian tertulis kuno, umat Kristiani Mesir telah mendaraskan doa ini kepada Bunda Maria, “Kami bergegas datang untuk mohon perlindunganmu, ya Bunda Allah yang kudus, janganlah kiranya engkau mengabaikan permohonan dalam kesesakan kami, tetapi bebaskanlah kami dari segala yang jahat, ya Santa Perawan yang mulia” (dari Buku Ibadat Harian). Istilah Theotokos muncul secara eksplisit untuk pertama kalinya dalam kesaksian kuno ini.

Dalam mitos kafir, seringkali terjadi bahwa seorang dewi tertentu dihadirkan sebagai ibunda dari beberapa dewa. Sebagai contoh, dewa tertinggi, Zeus, memiliki dewi Rhea sebagai ibundanya. Konteks ini mungkin mendorong umat Kristiani untuk mempergunakan gelar “Theotokos”, “Bunda Allah”, bagi Bunda Yesus. Namun demikian, patut dicatat bahwa gelar ini tidak ada sebelumnya, melainkan diciptakan oleh umat Kristiani guna mengungkapkan suatu keyakinan yang tidak ada hubungannya dengan mitos kafir, yaitu keyakinan akan perkandungan Dia, yang senantiasa adalah Sabda Allah yang kekal, dalam rahim Maria yang perawan.

Konsili Efesus memaklumkan Bunda Maria sebagai Bunda Allah

2. Dalam abad keempat, istilah Theotokos biasa dipergunakan baik di Gereja Timur maupun Barat. Devosi dan teologi merujuk lebih dan lebih banyak lagi pada istilah ini, yang sekarang telah menjadi bagian dari warisan iman Gereja.

Oleh karenanya, orang dapat memahami gerakan protes besar yang muncul dalam abad kelima ketika Nestorius menyatakan keraguannya atas kebenaran gelar “Bunda Allah”. Sesungguhnya, berkeyakinan bahwa Bunda Maria hanyalah bunda dari Yesus manusia, ia bersikukuh bahwa “Bunda Kristus” adalah satu-satunya istilah yang benar secara doktrin. Nestorius dihantar pada kesalahan ini karena ketakmampuannya mengakui keutuhan pribadi Kristus dan karena tafsirannya yang salah dalam membuat pemisahan kedua kodrat - kodrat ilahi dan kodrat manusiawi - yang ada dalam Kristus.

Pada tahun 431, Konsili Efesus mengutuk thesisnya dan, dengan menegaskan kodrat ilahi dan kodrat manusiawi dalam satu pribadi Putra, memaklumkan Bunda Maria sebagai Bunda Allah.

3. Sekarang, kesulitan-kesulitan dan keberatan-keberatan yang diajukan oleh Nestorius memberi kita kesempatan untuk melakukan refleksi-refleksi yang berguna demi pemahaman dan penafsiran yang benar atas gelar ini. Istilah Theotokos, yang secara harafiah berarti, “ia yang telah melahirkan Allah,” secara sepintas dapat mengejutkan; sesungguhnya malahan membangkitkan pertanyaan seperti, bagaimana mungkin seorang manusia ciptaan melahirkan Allah. Jawaban atas iman Gereja sangat jelas: Keibuan ilahi Bunda Maria mengacu hanya pada kelahiran Putra Allah sebagai manusia, tetapi bukan pada kelahiran ilahi-Nya. Putra Allah dilahirkan dalam kekekalan oleh Allah Bapa, dan sehakikat dengan-Nya. Bunda Maria, tentu saja tidak ambil bagian dalam kelahiran dalam kekekalan ini. Tetapi, Putra Allah mengambil kodrat manusiawi kita 2000 tahun yang lalu dan dikandung serta dilahirkan oleh Perawan Maria.

Dengan memaklumkan Bunda Maria sebagai “Bunda Allah”, Gereja bermaksud untuk menegaskan bahwa ia adalah “Bunda dari Inkarnasi Sabda, yang adalah Allah.” Sebab itu, keibuannya tidak diperluas pada keseluruhan pribadi Tritunggal Mahakudus, melainkan hanya pada Pribadi Kedua, Allah Putra, yang dalam berinkarnasi mengambil kodrat manusiawi-Nya dari Maria.

Keibuan merupakan suatu hubungan dari pribadi ke pribadi: seorang ibu bukanlah sekedar ibu ragawi atau ibu secara fisik belaka dari makhluk yang dilahirkan dari rahimnya, melainkan ibu dari pribadi yang dilahirkannya. Karenanya, dengan melahirkan, menurut kodrat manusiawi-Nya, pribadi Yesus, yang adalah pribadi Allah, Bunda Maria adalah Bunda Allah.

Kesediaan Santa Perawan mengawali Peristiwa Inkarnasi

4. Dalam memaklumkan Bunda Maria sebagai “Bunda Allah”, Gereja dalam satu ungkapan menyatakan imannya akan Putra dan Bunda. Kesatuan ini telah dilihat dalam Konsili Efesus; dalam mendefinisikan keibuan ilahi Bunda Maria, para Bapa Gereja bermaksud menegaskan keyakinan mereka akan keilahian Kristus. Walau menghadapi banyak keberatan, baik dulu maupun sekarang, mengenai tepat atau tidaknya dalam menggelari Bunda Maria dengan gelar ini, umat Kristiani sepanjang jaman, dengan menafsirkan secara tepat makna keibuan ini, telah mengungkapan secara istimewa iman mereka akan keilahian Kristus dan akan kasih mereka kepada Santa Perawan.

Di satu pihak, Gereja memaklumkan Theotokos sebagai jaminan atas realita Inkarnasi sebab - seperti dinyatakan St Agustinus - “jika Bunda fiktif, maka daging akan juga fiktif … dan merupakan corengan terhadap Kebangkitan” (in evangelium Johannis tractatus, 8, 6-7). Di lain pihak, Gereja juga mengkontemplasikan dengan penuh kekaguman dan merayakannya dengan penghormatan anugerah agung luhur yang dianugerahkan kepada Bunda Maria oleh Ia yang menghendaki untuk menjadi Putranya. Ungkapan “Bunda Allah” juga menunjuk pada Sabda Allah, yang dalam Inkarnasi merendahkan diri dalam rupa manusia guna meninggikan manusia sebagai anak-anak Allah. Tetapi dalam terang martabat luhur yang dianugerahkan kepada Perawan dari Nazaret, gelar ini juga memaklumkan kemuliaan wanita dan panggilannya yang luhur. Sesungguhnya, Tuhan memperlakukan Bunda Maria sebagai pribadi yang bebas dan bertanggung jawab dan tidak mewujud-nyatakan Inkarnasi PutraNya hingga setelah Ia memperoleh kesediaannya.

Mengikuti teladan umat Kristiani perdana dari Mesir, kiranya umat beriman mempercayakan diri kepada dia yang, sebagai Bunda Allah, dapat memperolehkan dari Putra Ilahinya rahmat pembebasan dari yang jahat dan keselamatan kekal.

Khamis, 1 Januari 2009

KBCL-10 cipta sejarah penganjuran aktiviti belia di Mission Sook

NABAWAN, KBCL ( Khemah Belia Candle Light ) peringkat Mission Sook, merupakan satu-satunya aktiviti yang dapat mengumpulkan para belia dari seluruh Mission Sook dengan penyertaan dari 5 buah zon iaitu zon Sook, zon Nabawan, zon Tulid, zon Rancangan Belia Tiulon dan zon Mansiat.

Seramai 623 orang belia telah berkumpul selama tiga hari bermula dari 04 – 06hb Disember 2008 di Gereja St.Bede, Nabawan dengan tema ”Ekaristi Teras Keluarga Berbudaya Menyembah Tuhan, Membentuk Iman dan Bertanggungjawab Sosial” iaitu tema pastoral Keuskupan Keningau. Penganjur bagi KBCL ini ialah team pelaksana induk/pusat (MOT) iaitu AJKT KBK MPMS yang dipengerusikan oleh Sdra Ronny Gagit selaku pengerusi KBK Mission Sook, dan team pelaksana tempatan (LOT) selaku tuan rumah KBCL-10 yang dipengerusikan oleh Sdra Hadoram Sufi.

Bermula dari tahun 1999 hingga tahun 2002 nama untuk aktiviti ini hanyalah Carol by Candle Light peringkat Mission Sook, dan hanya dikhaskan untuk pengutusan karoles. Pada tahun 2003 Bapa Uskup Datuk Cornelius Piong telah mengumumkan Carol By Candle Light digantikan nama kepada Khemah Belia Candle Light peringkat Mission Sook, kerana Bapa Uskup melihat kehadiran belia pada masa itu mencecah 800 orang.
Bukan hanya melihat kepada sambutan kehadiran para belia dari seluruh Mission Sook, tetapi hanya inilah masa untuk para belia Mission Sook berkumpul bersama dalam aktiviti seperti ini, kerana majoriti belia yang menyertai aktiviti ini ialah belia yang berumur 13 hingga 19 tahun iaitu belia yang masih bersekolah.

KBCL-10 telah mencipta sejarah apabila buat pertama kalinya Khemah Belia Candle Light telah disingkatkan kepada KBCL untuk memudahkan belia dapat menyebut dengan mudah dan senang untuk diingati. Dengan ilham dari Roh Kudus, buat pertama kalinya juga, KBCL dapat dijalankan dengan adanya pengisian untuk aktiviti Khemah Belia seperti malam unggun api, penayangan video dan debat, kerana selama ini Khemah Belia hanya menjadi sebutan sahaja tetapi pengisian untuk aktiviti Khemah Belia tidak pernah dijalankan. Hanya pengisian untuk aktiviti Candle Light sahaja yang kerap kali dijalankan setiap tahun.

Aktiviti KBCL-10 pada hari pertama yang bertemakan ”Berbudaya Menyembah Tuhan”, dimulai dengan Perayaan Ekaristi pembukaan tepat jam 5.00 petang oleh Rev Fr.David Mamat selaku paderi yang bertugas di Mission Sook. Dalam homilinya Fr.David mengingatkan kepada para belia bahawa pentingnya membina rumah diatas batu dan bukannya diatas pasir iaitu iman yang dibina di atas dasar yang teguh berpandukan pada ajaran injil untuk melawan segala hujan dan badai dunia di zaman moden yang sangat mencabar.

Perarakan obor dari 5 zon, doa pembukaan dan pemberkatan api oleh Fr.David Mamat, seterusnya pembakaran obor sebagai simbol semangat belia Mission Sook seperti api yang menyala-nyala untuk melayani Yesus, serta nyanyian lagu tema KBCL ”Cahaya Penyelamatan-Nya” telah memulai Malam Unggun Api KBCL-10. Aktiviti-aktiviti pada malam tersebut ialah seperti pujian dan penyembahan, penayangan video SYD-2, Ranau 2008 dan disusuli dengan persembahan tematik dari 5 buah zon.

Hari kedua KBCL bertemakan ”Membentuk Iman”. Aktiviti dimulai dengan doa pagi yang dipimpin oleh Sr. FSIC, disusuli dengan penayangan video tentang Mukjizat Ekarisiti untuk menyedarkan para belia bahawa Yesus benar-benar hadir didalam perayaan Ekaristi melalui Tubuh dan Darah-Nya. Dengan penayangan video tersebut, sekaligus dapat mempersiapkan diri para belia untuk bersama-sama dalam Adorasi/Saat Teduh yang dipimpin oleh Katekis Joseph Edward.

Selepas Adorai/Saat Teduh para belia berpeluang menyaksikan debat yang bertajuk ”Iman Belia Katolik Mudah Rapuh” yang telah menghangatkan suasana dengan hujah-hujah dari pihak pencadang dan pembangkang. Debat ini dikendalikan oleh Tim Pelayanan Belia Keuskupan Keningau yang diketuai oleh Sr.Maria Magdalena Kopong FSIC.

Selepas makan tengahari, para belia mendengar katekesis tentang Pelayanan Karoling untuk mengetahui tentang Mesej karoling yang sebenar, bagi mempersiapkan diri para belia untuk menjadi pewarta lagu-lagu khabar gembira kelahiran Tuhan Yesus. Katekesis telah disampaikan oleh saudara Fred Juppilin iaitu mantan Pengerusi KBK Mission Sook.

Carol By Candle Light telah dijalankan pada malam tersebut dengan persembahan lagu-lagu adven dari setiap KUK, lakonan Kelahiran Yesus zaman moden oleh KBK Gereja Roh Kudus Sook dan kelahiran Yesus zaman dahulu oleh KBK St.Petrus, Alab Lanas. Perkongsian pengalaman karoling dari wakil Belia oleh Sdri Felecia dari KBK KUK Santa Maria Ratu Rosari, Kiulu Baru dan wakil umat oleh Katekis Alexander James dari KUK Pamuntarian, Nabawan.

Hari terakhir KBCL bertemakan ”Bertanggungjawab Sosial” dimulai dengan Pujian Pagi oleh Sr....FSIC. Perayaan Ekaristi Pengutusan telah bermula tepat jam 9.00 pagi oleh Rev Fr.David Mamat. Dalam homilinya Fr.David mengingatkan kepada para belia bahawa persiapan hati lebih penting iaitu persiapan rohani yang berpusatkan Kristus daripada persiapan luaran yang lebih kepada persiapan duniawi seperti makan minum, pakaian dan pesta untuk menyambut Krismas. Selepas homili semua peserta dari 21 KUK telah diutus dalam perayaan Ekaristi untuk menjadi pewarta khabar gembira kelahiran Tuhan Yesus melalui lagu-lagu adven dan krismas di seluruh Mission Sook.


Di akhir perayaan Ekaristi sesi ucapan oleh pengerusi LOT Sdra Hadoram Sufi, Tim Pengerusi MOT Sdra Bodrick Paulus Aip mewakili Pengerusi MOT Sdra Ronny Gagit dan ucapan diakhiri oleh Rev Fr.David Mamat. Dalam ucapannya, Fr.David telah mengumumkan tuan rumah KBCL-11 tahun 2009 iaitu zon Sook bertempat di Gereja Roh Kudus Sook.

Tuan Rumah KBCL-11, Gereja Roh Kudus Sook